Warta Berkah

NGO Israel Pasang Foto Prabowo & Sebut Abraham Accords, Apa Itu?

Situs News Indoesia Alternatif Informasi Berita Viral Terbaru

Jakarta, wartaberkah Indonesia

Sebuah organisasi nirlaba (Non-Government Organization/NGO)
Israel
menyedot perhatian usai memasang baliho yang menampilkan wajah Presiden Republik Indonesia (RI)
Prabowo Subianto
.
Coalition for Regional Security memajang sejumlah baliho di Israel yang berisi dukungan terhadap rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam keterangan di X, kelompok itu menyatakan bahwa baliho ini dimaksudkan mendesak pemerintah Israel mendukung inisiatif Trump untuk menghentikan perang di Jalur Gaza, Palestina, serta memperluas Abraham Accords.
Dalam baliho itu sendiri, tampak wajah Trump, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, Prabowo, Raja Yordania Abdullah II, PM sekaligus Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MbS), Presiden Mesir Abdel Fattah El Sisi, hingga Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI telah menanggapi foto Prabowo di baliho ini. Kemlu RI menegaskan bahwa posisi Indonesia jelas, yakni tak akan ada pengakuan dan normalisasi dengan Israel baik melalui Abraham Accords atau platform lainnya, kecuali Israel mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Palestina.
“Posisi Indonesia sangat clear bahwa tidak akan ada pengakuan dan normalisasi dengan Israel baik melalui Abraham Accords atau platform lainnya, kecuali Israel terlebih dahulu mau mengakui negara Palestina yang merdeka dan berdaulat,” kata juru bicara 1 Kemlu RI Yvonne Mewengkang, Senin (29/9).
Apa sebetulnya Abraham Accords?
Abraham Accords adalah perjanjian antara Israel dengan sejumlah negara Arab-Muslim untuk normalisasi hubungan diplomatik pasca konflik di masa lalu.
Perjanjian ini dibuat oleh pemerintahan Trump periode pertama dan diteken pada 2020.
Sejumlah negara, yakni Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Maroko, dan Sudan menandatangani perjanjian ini.
Kesepakatan rujuk antara Israel dan UEA tercapai karena iming-iming imbalan penangguhan rencana Israel mencaplok sebagian wilayah Tepi Barat, Palestina.
Sementara itu, kesepakatan dengan Bahrain terwujud karena kekhawatiran Bahrain akan lokasinya yang berdekatan dengan Iran. Bagi Bahrain, Abraham Accords merupakan jaminan keamanan dari Amerika Serikat.
Mengenai Sudan, normalisasi terjadi karena imbalan dihapusnya Sudan dari daftar negara pendukung terorisme oleh Amerika Serikat. Sedangkan dalam kasus Maroko, negara itu rujuk dengan Israel seiring dengan pengakuan AS atas kedaulatan Maroko di wilayah Sahara Barat.
Pada 2025, setelah Trump kembali menjabat presiden untuk periode kedua, muncul kabar bahwa AS membidik sejumlah negara Muslim lain untuk ikut menandatangani Abraham Accords. Negara-negara itu di antaranya Arab Saudi dan Suriah.
Indonesia juga sempat disebut-sebut masuk dalam radar pemerintahan Trump, maupun Presiden AS Joe Biden, untuk ikut bergabung dalam Abraham Accords. Hal itu disampaikan oleh penasihat senior Trump, Jared Kushner, pada 2020 dan oleh Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken pada 2021.
Meski begitu, belum ada keputusan formal apa pun mengenai perluasan Abraham Accords. Negara-negara Muslim yang dibidik AS telah menegaskan bahwa hubungan diplomatik dengan Israel hanya bisa dicapai apabila Palestina merdeka.
(blq/bac)
[Gambas:Video wartaberkah]

Baca lagi: Media Malaysia Ramai Beritakan Rizky Ridho ke Terengganu

Baca lagi: Ketum PBNU soal Musala Ambruk: Musibah Ini Harus Dihadapi dengan Tabah

Baca lagi: Ironi Kepribadian Pendiri Uni Soviet Lenin, Periang Sekaligus Pemarah

Exit mobile version